Minggu, 13 Maret 2016
Senin, 25 Januari 2016
SISTEM BAHASA ISYARAT INDONESIA-PERASAAN
Kedepannya akan saya coba untuk menambah kosa katanya. Semoga bermanfaat.
BAHAGIA
Tanggan kanan dan kiri B yang mendatar menghadap pengisyarat di depan
dada, digerakan ke atas duakali dengan ujung jari menyentuh dada
BINGUNG
Tangan kanan B yang tegak menghadap pengisyarat dengan ujung jari menempel di dahikanan, digerakan memutar ke atas kiri
GEMBIRA
Jari-jari tangan kanan dan kiri 5 yang tegak menghadap pengisyarat di samping wajah, digetarkan.
KECEWA
Tangan kanan K yang mendatar menghadap pengisyarat di depan dada,
digerakan ke bawah berakhir dengan B yang telungkup mengarah ke kiri di
depan badan
MARAH
Tangan kanan dan kiri C yang mendatar menghadap pengisyarat dan
menempel di dada, direnggangkan mendatar ke samping berlawanan arah
dengan cepat dan kaku
SEDIH
Tangan kanan dan kiri B yang tegak menempel pipi, digerakan
perlahan-lahan ke bawah diikuti dengan kepala menundukdan berakhir
dengan 5 yang terlantang di depan dada.
SENANG
Tangan kanan B yang mendatar ke kiri di depan dada dioleskan ke dada arah ke atas dua kali
TAKUT
Tangan kanan dan kiri I yang mendatar menghadap pengisyarat menempel di dada, digerakan naik turun berganti-ganti.
Kamis, 14 Januari 2016
5 ATURAN HIDUP SEATAP DENGAN MERTUA
5 ATURAN HIDUP SEATAP DENGAN MERTUA
oleh: Rixhi Saputra
Jember - Hidup serumah dengan mertua terkadang harus menjadi pilihan pasangan yang baru saja menikah. Penyebabnya bisa berbagai macam mulai dari kondisi keuangan hingga kesehatan mertua.
Apapun sebabnya, tinggal bersama dengan orangtua pasangan bukanlah hal mudah. Seperti yang dikutip dari About, berikut lima peraturan yang perlu diketahui saat Anda akan tinggal di rumah mertua.
1. Tentukan Batasan
Ada baiknya jika Anda membicarakan beberapa batasan yang perlu dilakukan ketika tinggal bersama mertua dengan pasangan, misalnya pekerjaan rumah apa saja yang akan menjadi tanggung jawab Anda selama hidup bersama. Hal ini perlu dilakukan agar Anda ataupun mertua tidak terbebani satu sama lain. Bonusnya, Anda pun mendapatkan imej positif sebagai menantu teladan.
2. Cari Privasi
Satu hal yang dibutuhkan oleh pasangan menikah terutama pengantin baru adalah privasi. Ini merupakan satu-satunya cara agar Anda dan pasangan lebih mengenal satu sama lain. Hal ini mungkin akan sedikit sulit dilakukan jika tinggal satu rumah dengan mertua. Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda dan pasangan untuk menentukan area privasi (kamar tidur, misalnya) dan minta agar sang mertua menghargai hal itu.
3. Jangan Ikut Campur Dalam Perdebatan Keluarga
Tinggal bersama orang tua pasangan, tidak menutup kemungkinan suami Anda bersikap seperti anak-anak lagi. Pasangan mungkin saja merasa kesal atau terjebak dalam situasi yang bisa menyebabkan dia bertengkar dengan orang tuanya. Jika pasangan mulai terlibat dalam pertengkaran keluarga, pergilah ke dalam kamar. Terkadang pertengkaran terjadi karena ritme kehidupan dalam keluarga tersebut, tentu hal itu akan selesai dengan sendirinya.
4. Pilih Hal yang Perlu Diperdebatkan
Selain harus menghindari pertengkaran antara pasangan dengan orang tuanya, Anda juga sebaiknya tak terlibat dalam perdebatan dengan mertua. Tak jarang, mertua memberikan komentar atau melakukan sesuatu hal yang mengganggu, dan Anda boleh memberitahunya jika merasa hal tersebut sudah di luar batas kesabaran.
Misalnya, ketika ibu mertua sering masuk ke kamar Anda tanpa memberitahu terlebih dulu, sebaiknya beritahu dia agar mau mengetuk pintu. Begitu juga sebaliknya, jika sang mertua memberikan komentar mengenai perilaku kakak atau adik Anda saat pesta pernikahan, dengarkan tanpa perlu melibatkan emosi dan perasaan.
5. Mintalah Bantuan Jika Membutuhkannya
Tinggal serumah dengan mertua dan sudara ipar bisa memberikan tekanan bagi siapa pun. Jika situasi menjadi tegang dan selalu ada argumen setiap hari, tak ada salahnya untuk menemui terapis atau konselor pernikahan. Pihak luar yang objektif mungkin bisa bantu mengatasi hal ini dan mengurangi stres Anda. Tidak perlu malu untuk mengakui bahwa Anda membutuhkan pertolongan, terutama jika masalah mertua dan saudara ipar ini mulai merusak kehidupan rumah tangga Anda.
Rabu, 13 Januari 2016
WORKSHOP DISABILITAS/DIFABEL
NORMALITAS
(IDEOLOGI KENORMALAN)
Oleh ; Mas Sapto Nugroho Fasilitator SABDA (Sentra Advokasi Perempuan difabel dan Anak)
Kita harus
merubah pandangan tentang ormal dan tidak normal…karena sesungguhnya manusia
diciptakan sempurna oleh TUHAN
Orang yang
merasakan dirinya cacat adalah mereka yang merasakan dirinya rendah diri,dan
merasakan lemah pada dirinya sendiri
Sedangkan
orang yang merasakan dirinya normal biasanya mereka cenderung bersifat
arogansi
|
Dan saya mau tanya pada bapak
dan ibu sekalian…apakah kita meyakini orang cacat itu ada?
Inti dari
manusia normal sesungguhnya adalah
MANUSIA>memiliki
NYAWA>mempunyai HATI>raga yang semuanya berfungsi normal..karena itu
adalah dasar ideologi kenormalan
Sama-sama
memiliki asumsi dan ketakutan pada diri sendiri
Dan
penyebab difabel adalah kurangnya interaksi sesama manusia itu sendiri
|
Dan tingkat sosial yang rendah
dari lingkungan masyarakat dia berada…
Selamat pagi Bapak-Ibu
semuanya..kita lanjut lagi di hari kedua ini..nah kali ni saya akan
membicarakan mode pendekatan-pendekatan pada Disabilitas..
Ada Medical mode yaitu pendekatan
individual problem pada Disabilitas seperti Dokter dan pasien,tapi ini
terletak hanya pada pengobatan,perawatan medis hingga mereka bisa lebih
percaya diri,
Kemudian pendekatan
psikologis..nahini yang terpenting,dihampir semua puskesmas di Jawa Tengah
itu di taruh tenaga-tenaga psikologis...mungkin di Jember sudah ada?
|
Belum ada apak...sebenarnya
ada,tapi tenaga psikologisnya yang tidak mau pak..
|
Nah...semoga nanti di Jember juga
ada itu,sebenarnya ini ada kaitannya dengan pendekatan medical tadi...jadi
pendekatan medis harus harus di dampingi dengan pendekatan psikologis,misalnya
tadinya orang itu mentang-mentang hebat dan berkuasa tiba-tiba menjadi
Disabilitas,nah itu bisa di obati secara medis dan pendekatan
psikologis..maka muncullah kebijakan kesehatan sekarang,dimana dulu orang
sakit identik sembuh dengan di suntik dan itu terjadi di jaman era
80-90’an,namun seiringpesatnya kemajuan medis maka saat ini cukup dengan obat
saja untuk menangani sakit,karena sistem injeksi hanya di perlukan saat
kondisi terpaksa..
Kemudian ada pendekatan sosial.
Misalnya Wawa,jadi dia
pendekatannya dengan teman-temannya seperti Vian,Antok,Hasabian,saya(Mas
Awang) dan mas Sapto,jadi bedanya di situ meluas hingga muncul namanya
komunitas-komunitas...jadi fokusnya bukan untuk satu dua orang saja tetapi
untuk banyak orang...permasalahan layanan publik lainnya jadi permasalahan
Disabilitas adalah saat pembuatan rekening di bank,kebanyakan tidak boleh
oleh pihak bank,kalau di bilang ini demokrasi ekonomi ya bagaimana caranya
ini bisa di atasi,karena kami orang-orang produktif,kami juga punya akal,kami
juga punya hak untuk menabung,tapi kenapa malah dipersulit...masalahnya
kami(Disabilitas)selalu di kaitkan dengan kelemahan seprti bagian tangan saat
untuk menanda tangani rekening,tapi kita masih ada cara lain misalnya dengan
cap jempol,karena cap jempol itu satu kekuatanbukti dimana itu adalah
identitas asli manusia yang tidak bisa di akali jadi kenapa harus dipersulit,aneh
tidak?
Itu yang membuat tidak sinkron
dengan pernyataan kebebasan berekonomi,sama saja negara yang semakin
mengucilkan kami(Disabilitas)
Nah lanjut...inklusi,nah ini yang
banyak di sebutkan orang tentang inklusa-inklusi...kenapa inklusi?!...karena
pasar tradisional tidak ada pembedaan,karena menurut pengalaman saya,di pasar
itu semua orang ada,semua suku juga ada kan...tapi kalau pasar kapitalis ada
tidak seperti di pasar tradisional,lihat kita(Disabilitas) saja mereka pasti
sudah mikir-mikir...ini mau beli,apa mau minta sumbangan..disitu sudah
menunjukkan bahwa yang satu eksklusif dan yang satunya inklusif
Artinya disitu ada eksklusif
seperti di pasar tradisional tadi,inklusif itu artinya terbuka pak...yang
dapat di akses semua orang,sedangkan pasar kapitalis,itu membatasi atau
terbatasi.
Sampai disini mungkin ada
pertanyaan?
|
Kalau model pemaksaan?,eee...maksud
saya gini saya pernah punya teman,dia dikatakan difabel karena kecelakaan,dia
merasa malu,jadi dengan saya,ya saya paksa untuk hidup seperti
biasanya,seperti ngopi dan nongkrong...dan itu bisa dilakukan meskipun
suasananya jadi agak kakku sedikitlah...
|
Itu kan metode pendekatannya
mas..di beberapa kasus itu dilakukan teman-teman itu juga nggak jauh beda
dengan **njenengan,itu namannya
pendekatan sosial mode..
**njenengan=Anda
Tetapi yang dialami itu ada
masalah dalam pendekatan medical mode,yang belum tuntas,jadi kalau medical
mode itu,jadi bantuannya adalah pendekatan psikologis untuk membangkitkan semangatnya
lagi...
|
Di desa saya ada juga pak
difabel,kita sudah sering mengajak dia untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
dianyanggak pernah mau datang,saat saya tanya dia malu untuk datang..
|
Kembali lagi,itu butuh pendekatan
psikologis bu..dan itu nggak bisa langsung berubah,butuh adaptasi dan
waktu,motivasinya itu anda yang tau karena satu lingkungan...
|
BRAIN STORMING
WORKSHOP MAINSTREAMING DISABILITY
UNTUK TOKOH MASYARAKAT DAN SKPDH
Tgl 17-19 November 2015 di hotel Aston Jember
Oleh; Mas Awang Trisnamurti fasilitator SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anakl)
Pembahasan Tentang Brain Storming
Assalamualaikum
wr.wb…
Oke…saya
Awang Trisnamurti,biasa di panggil Awang saya asli Kalimantan Kutai
Kertanegara,jadi orang Jawa sejak 1979,saya merantau ke jawa tepatnya
Yogyakarta,Istri saya orang Cilacap,anak saya enam,justru saya seorang
netra,tetapi saya sudah bisa melihat kembali dengan normal
Justru
Netra adalah Disabilitas non permanen,karena mata bisa dicangkok dengan
adanya donor mata,tapi tidak ada donor kaki,donor tangan…yang ada donor mata
seperti yang saya alami saat ini.Jadi
perkembangan tekhnologi sangat membantu disabilitas ,
|
Bahasa disabilitas
ini secara internasional sudah di akui oleh dunia yang mana bahasa sebelumnya
adalah difabel
Yang mana
komentatornya adalah penyandang disabilitas juga..
Oke..saya
lanjutkan lagi,jadi penyandang disabilitas justru sekarang jadi mainstream bagi
masyarakat awam,khususnya di wilayah pedesaan…
Dimana mereka
berhak tercatat di dispenduk capil..
Seingat
saya,ketika saya masih kecil dulu para penyandang cacat di asingkan,tidak boleh
keluar rumah karena menjadi aib keluarga,bahkan beberapa ada yang mendapat
perlakuan ekstrim dari keluarga atau di lingkungan dia berada…
Mereka melihat
kami (difabel) seolah rombongan sirkus…
Kok main sirkus
**ngomong wae ora cetho,mlakune dingklang,motone ora awas
**ngomong wae ora cetho,mlakune
dingklang,motone ora awas
Bicara saja tidak
jelas,jalannya sempoyongan,melihat tidak jelas
Tetapi ada juga
yang menjadikannya (difabel) sebagai klenik bagi mereka yang menganggap mereka
(difabel) sebagai orang linuwih**,atau orang keramat (**LINUWIH=orang yang
memiliki kelebihan di luar nalar.)
Seiring
perkembangan jaman saat ini mereka (difabel) sudah mulai mendapatkan persamaan
hak sama seperti yang lain,seperti pendidikan,kesehatan dan pekerjaan…
Kita sudah
melakukan banyak hal untuk mendukung segala keinginan saudara-saudara kita
khususnya difabel agar mereka lebih percaya diri di kemudian hari…
Dan kenapa kita
yang hadir di sini menjadi kunci kesuksesan bagi para teman-teman
difabel,karena disini kita harus menyamakan persepsi kita agar bisa selaras…dan
jika kita disini sudah tidak selaras dalam berpikir
Maka selamanya
kita tidak akan berpikir secara selaras…
Kira-kira seperti
itu gambarannya.
kita
awali dengan persiapan materi Brain Storming…
Tujuannya
adalah kita akan mendapat secara keseluruhan pemahaman tentang disabilitas
Difabel
adalah bentuk gerakan perjuangan dari teman-teman disabilitas yang sampai
saat ini kita masih memperjuangkan hak kita sebagai warga Negara
Jadi
kita semua akan berdiskusi tentang pengalaman bertemu disabilitas dan
pengalaman sebagai disabilitas dan Hambatan yang kita temui sebagai
disabilitas kira-kira apa?
Sudah
di kasih pelayanan tapi tidak jalan…nah ini kira – kira apa?
Nanti
akan kita bahas di materi workshop
Oke
dilanjut… nah ini di Negara kita ada undang-undangnya tentang
disabilitas,bahkan di daerah-daerah banyak membuat Perda
Bahwa
ini menunjukkan tentang hak disabilitas tentang kesetaraan perlakuan,api
kenyataannya ini masih berjalan tidak sempurna…nah disininanti akan menjadi
bekal bagi Bapak Ibu sekalian sebagai acuan kita punya dasar
yang jelas .
Tadi
pas sarapan pagi sama mas Sapto …**Lek kabeh uwong iki kok podo ngomongno
inklusa inklusi iki opo to sakjane inklusi?
**Semua orang kok pada membicarakan inklusi
sebenarnya apa sih inklusi itu?
Ini
adalah pertanyaan dari salah satu fasilitator dari mas Sapto
Tapi memang
sekarang ini hamper semua orang membicarakan inklusi untuk segala bidang…
Contohnya,jika
kesehatan programnya ada kata inklusi ini akan menjadi sebuah kesuksesan dari
program tersebut…bahkan di social dan pendidikan juga begitu..walaupun
prakteknya tidak melakukan itu…
Jadi
disini yang kita bahas adalah pahamnya tentang inklusi,sesuatu yang
ternyata membuat banyak orang berniat
untuk membicarakan itu,tapi disisi lain justru menjadi hambatan kita untuk
memahami itu semua
Dan
disini kita akan membahas konsep tentang inklusi
Na
kita lanjut lagi…untuk kenyamanan disabilitas
pengguna tongkat seperti Mas Sapto ini yang di butuhkan apa?,untuk
layanan public hingga menjadi lebih fleksibel…
|
Contohnya apakah loket puskesmas masih
menggunakan loket jeruji seperti sangkar atau sudah mengunakan meja?
Ini contoh
aksesbilitas layanan publik bagi pengguna kursi roda dan manfaatnya,pengguna
yang lain akan lebih mudah..
Apa lagi bagi netra
jika mereka keluar orang akan tanya “Bapak mau mijat dimana?
Sampai muncul pertanyaan seperti itu kenapa kira-kira?
Itu adalah karena faktor lingkungan yang memberi Label
pada Netra,jadi Label pada Netra itu identik dengan julukan tukang pijat,nggak
akan percaya jika beberapa ada yang bergelar Doktor,Insinyur bahkan ada yang
Profesor
Itu di sebabkan label atau stigma ini yang
mengakibatkan interaksinya kurang baik tidak setara
Pertanyaannya adalah apakah yang sudah dilakukan pak
Rudi selaku DINSOS…?
Tentunya di desa maupun di kota punya program lain dan
melakukan upaya-upaya tersebut…
Setelah ini kita kedepannya kita buat rencana tindak
lanjut mau apa?
Tentunya bukan program tidak lanjut lo ya….
Setelah kita mengetahhui
minimal beberapa hal terjadi ,kita membuat program rencana tindak lanjut sesuai
PERDA 2007.
Apakah Dinas Sosial pernah tau atau pernah membaca
itu?
Itu sebenarnya umum ya Pak…di setiap wilayah pasti ada
aturan hukumnya,tapi sering kali tidak tersosialisasikan dengan baik,sehingga
yang tau istilahnya itu sendiri hanya si pembuat hukum itu sendiri
Minimal kita disini,setelah kegiatan ini minimal kita
ada wadah atau forum,jadi kita bisa sharing dan saling berbagi…apapun nanti
nama forumnya dan bentuknya ,segera bergerak terkait dengan Disabilitas
Nantinya akan bisa jadi gerakan bagus di Jember selain
terkenal dengan karnaval di jalannya…
Oke itu pengantar saya tentang workshop
Kalau begitu kita segera masuk
pada materi pertama tentang Brain Storming
FAKTOR-FAKTOR PELUANG MENJADI DISABILITAS
Orang-orang yang di sebut sebagai disabilitas mereka
yang di sebut sebagai TUNA
Dan telah di temukan mengapa mereka disebut
Disabilitas
Secara keseluruhan jika kita temukan ini maka kita
akan lebih paham saat menghadapi teman-teman Disabilitas.
Jadi sesungguhnya menurut pembahasan kita tadi
Bahwa setiap orang siapapun dia berpotensi menjadi
Difabel
Contohnya mungkin bapak ibu ada yang tahu?
Misalnya
1-KESAMBET
2-FAKTOR ALAM/BENCANA ALAM
3-KURANG GIZI
Dll
Nah dari temuan kita ini saja bahwa setiap orang
berpotensi menjadi difabel
Termasuk kita yang non difabel
Ada juga yang
di sebut Difabel berat itu adalah orang yang lumpuh total
Sedangkan Lansia adalah masa dimana kita menjadi
disabilitas
Yang di maksud Difabel adalah orang yang sudah di
labeli penyandang Disabilitas oleh lingkungan sekitar
Difabel adalah kelompok masyarakat yang membuat
menjadi difabel,
Pihak yang menjadikan mereka difabel,secara sosial
yang terjadi mereka adlah yang memiliki kekuasaan,disabilitas itu muncul karena
di ciptakan lingkungan itu sendiri,cara pandang perlawanan kepada pihak yang
melabeli seorang disabilitas
Difabel itu sebenarnya sama normalnya dengan kita
hanya saja kemampuannya yang berbeda
Difabel itu bentuk perjuangan kesetaraan penyandang
cacat di kehidupan
Seperti yang ertera di UU RI NO.19//TAHUN 2012 tentang
hak dan kesetaraan penyandang cacat
Selasa, 12 Januari 2016
AIR TERJUN WATU ONDHO JEMBER
WISATA ALAM JEMBER
AIR TERJUN WATU ONDHO(tangga)
Apa yang terlintas di pikiranmu saat ditanya tempat
wisata di Kabupaten Jember?!
Saya yakin sembilan puluh persen akan
menyebut Papuma...!!!
sebagai destinasi wisata yang kali pertama terlontar.
Selanjutnya?! Mungkin akan menyebutkan Pantai Watu Ulo, Rembangan, Air
Terjun Tancak dan TN Meru Betiri. Cuma itu saja?! Eits, tunggu
dulu, deretan lokasi wisata di Jember nampaknya akan semakin bertambah
seiring dengan cepatnya informasi yang menyebar di kalangan pecinta
jalan-jalan di wilayah tapal kuda.
Saya asli Jember, namun dua tahun terakhir harus rela mutasi dari
kota penghasil suwar-suwir dan prol tape ini, dikarenakan masalah
pekerjaan. Ya, mendapat penempatan di Banyuwangi membuat intensitas saya
dengan kota kelahiran ini sedikit berkurang. Sampai-sampai belakangan,
saya sempat tertegun dengan berbagai destinasi wisata “baru” yang
diposting di beberapa blog dan jejaring sosial milik beberapa komunitas travelling Jember. Salah satu yang membuat saya penasaran ingin mengunjunginya langsung adalah Air Terjun Watu Ondo.
Untuk menuju ke Air Terjun Watu Ondo, kita harus berkendara ke arah
Selatan Jember. Tepatnya menuju ke kawasan Perkebunan Kotta Blater yang
masuk ke dalam teritori Kecamatan Tempurejo. Dibutuhkan waktu sekitar
empat puluh lima menit berkendara dari pusat kota menuju ke pintu masuk
perkebunan.
Begitu memasuki kawasan yang dikelola oleh PTPN XII ini, kita akan
disuguhi pemandangan hijau khas perkebunan. Jalanan yang harus
dilaluipun masih berwujud tanah berbatu, yang pada saat saya berkunjung
terdapat beberapa titik jalanan berlumpur. Namun jangan khawatir,
jalanan perkebunan ini masih bisa dilalui motor dengan mulus. Butuh
sekitar satu jam berkendara hingga kita tiba di Desa Afdeling Terate.
Sesampainya disana, kita bisa menitipkan motor di rumah salah satu
warga. Karena jalan menuju ke air terjun semakin sempit, tidak
memungkinkan dilalui menggunakan motor jika kalian belum mengenal medan
yang ada.
Setelah menitipkan motor, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan
kaki. Walaupun sinar matahari waktu itu begitu terik, namun apa yang
ditawarkan alam akan mensugesti kita untuk terus mengayunkan langkah
dengan semangat menuju ke Air Terjun Watu Ondo. Bayangkan, berbagai view
bisa kita jumpai sepanjang perjalanan. Dimulai dengan perkebunan karet,
dilanjut dengan berjalan di tengah-tengah semak yang berada di padang
terbuka, menyeberangi beberapa aliran sungai yang tidak begitu deras,
memasuki kawasan hutan tropis, hingga menyusuri sungai yang airnya segar
sampai menuju ke muara. Benar-benar perjalanan yang tidak membosankan
bukan?! Apalagi ditemani oleh beberapa sahabat…
Berjalan masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri untuk
melihat Air Terjun Watu Ondo adalah pengalaman yang sangat menarik.
Kenapa?! Karena kita harus menyusuri tepian sungai dan tak jarang harus
menceburkan kaki di air sungai yang bersih. Memilih jalan dengan lompat
dari batu satu ke yang lain memberikan sensasi tersendiri. Ditambah lagi
suasananya yang sejuk karena pepohonan besar yang rimbun semakin
membuat kita menyatu dengan alam. Bahkan, ketika berhenti untuk sekedar
menenggak air mineral, saya bisa melihat ikan-ikan sungai kecil yang
sedang berenang. Wow lokasi ini masih benar-benar alami dan ekosistemnya masih terjaga dengan baik menurut saya.
Ternyata di lokasi ini terdapat tiga air terjun yang bisa dikunjungi.
Air terjun pertama adalah Air Terjun Watu Gedheg. Saya kurang mengerti
kenapa air terjun ini dinamakan Gedheg, yang dalam Bahasa Indonesia
artinya dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Mungkin dindingnya yang
tegak lurus dan bertekstur menyerupai gedheg. Air Terjun
Gedheg ini memiliki ketinggian sekitar delapan meter dengan kolam kecil
di bawahnya. Nampak beberapa remaja sedang asyik melompat dari atas air
terjun ketika saya tiba di lokasi pertama ini. Byurrr…!! Seru sekali nampaknya. Namun sahabat saya berkata, “Masih rame,
kita ke air terjun yang ada di atas dulu…”. Karena kali pertama kesini,
jadilah saya hanya mengikuti komando sahabat saya waktu itu.
Menuju ke air terjun kedua yang jaraknya tidak begitu jauh
membutuhkan sedikit usaha. Entah untuk memotong jarak atau memang itu
satu-satunya jalur yang harus kita lalui. Yang pasti pada saat itu di
salah satu spot, saya dan rekan-rekan harus berjalan jongkok satu per satu untuk melewati tepian jurang. Jangan parno
dulu, memang jurang, namun jalan yang ada masih tergolong aman. Jadi
kita tidak membutuhkan peralatan lain semisal tali atau lainnya, hanya
dibutuhkan ekstra hati-hati agar tidak terpeleset.
Tidak lama berjalan kita sampai di air terjun kedua, Watu Mejo
namanya. Dinamakan Mejo karena bentuk batunya besar menyerupai meja. Yah, saya sih menduga demikian, hahaha…
Di Watu Mejo ini aliran airnya tidak terlalu deras. Cocok dijadikan
lokasi untuk berendam. Warna air yang nampak sedikit berwarna hijau tosca
membuat siapa saja yang berkunjung ke sini ingin menceburkan diri.
Berendam sejenak untuk membasuh keringat yang tiada henti mengucur di
sepanjang perjalanan menjadi sebuah kewajiban. Airnya juga bersih dan
terasa begitu segar sesaat setelah kita menceburkan diri disana.
Puas berendam di Air Terjun Mejo, kita melanjutkan perjalanan kembali
menuju air terjun ketiga yang menjadi tujuan utama kita kemari. Air
Terjun Watu Ondo. Sebuah air terjun pendek namun memiliki pesona yang
tidak kalah menarik dengan air terjun biasa. Menurut sahabat perjalanan
saya waktu itu, dinamakan Watu Ondo karena di sisi sebelah kanan tekstur
batuannya seperti tangga, jadilah dinamakan begitu. Disini kalian juga
bisa berenang dan lompat ke kolam kecil yang ada di air terjun. Kolam
yang tidak terlalu dalam, mungkin hanya memiliki kedalaman sekitar dua
meter namun masih bisa dibuat seseruan dengan lompat dari pinggir batuan
di sekitar kolam. Hahay, puas-puasin deh berenang dan
bermain air disini. Tetesan air yang mengaliri batuan besar begitu
menyegarkan dan mampu menghilangkan segala kepenatan.
Hari semakin siang, namun waktu seolah berhenti di air terjun ini.
Keseruan bermain bersama alam membuat kita betah untuk berlama-lama.
Jika tidak mengingat kalau masih ada satu air terjun yang belum kita
ajak “bermain” tentu kita akan menghabiskan banyak waktu di Air Terjun
Watu Ondo sini.
Kembali ke Air Terjun Gedheg kita tidak melalui jalur yang sama.
Sedikit memutar dan medannya lebih naik turun dibandingkan jalur sisir
sungai di awal keberangkatan.
Benar kata sahabat saya, ketika kita sampai di Air Terjun Gedheg,
serombongan remaja tadi sudah tidak nampak. Jadilah kita berasa memiliki
kolam renang pribadi, hahay... Kolam berwarna hijau tosca beserta dengan air terjun yang mengalir tidak terlalu deras. Lagi-lagi saya langsung copot baju dan nyebur. Segeeerrr…!!!
Kolam disini agak dalam dibandingkan dengan Air Terjun Watu Ondo, jadi
buat kalian yang belum bisa berenang, main-main di tepian saja ya, hehehe…
Beberapa sahabat saya malah mencoba memanjat batuan di tepi air
terjun dan melompat dari atas. Ya, dari ketinggian kurang lebih delapan
meter. Byuuurr…!! Saya yang takut ketinggian cuma bisa terpana
melihat mereka lompat dengan serunya. Cukuplah saya lompat di
Gunungkidul dari ketinggian sepuluh meter. Jadi, untuk menghilangkan
rasa mupeng, saya cuma melompat dari tepian kolam yang tidak terlalu tinggi. Yang penting melompat sih, hahaha…
Hari itu saya benar-benar puas. Setelah lama tidak memiliki waktu
untuk mengeksplor keindahan Jember, akhirnya kangen saya terobati. Ngayap seharian dari pagi pulang sore, trekking di dalam TN Meru Betiri, bermain air, hunting foto dan bertemu beberapa sahabat perjalanan baru.
Air Terjun Watu Ondo memilik pesona tersendiri bagi para penikmat
keindahan alam. Sebuah paket wisata yang menawarkan berbagai kegiatan outdoor
lengkap. Mungkin kunjungan selanjutnya saya akan membawa bekal makanan
untuk dimakan bersama dengan sahabat perjalanan. Sebungkus nasi campur
dengan sambal atau nasi jagung lengkap yang dibungkus daun pisang
mungkin bisa menambah suasana piknik di alam terbuka.
Watu Ondo masih begitu alami, jarang ada sampah yang terlihat ketika
saya berkunjung. Binatang penghuni taman nasional juga masih banyak
terlihat. Kupu-kupu, ikan, laba-laba, burung, sampai ular yang saya
lihat sedang meliuk-liuk di air sungai ketika perjalanan pulang. Jadi
siapa saja kamu yang berencana mengunjungi air terjun disini, tolong
tetap memperhatikan kelestarian alam ya.
"Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”
Seminar Internasional Jurusan Sosiologi "Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”
Jurusan Sosiologi bekerja sama dengan Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB mengadakan seminar Internasional yang berjudul “Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Senin, 9 September 2013 di gedung Rektorat lantai 8 Universitas Brawijaya. Dalam forum tersebut hadir pembicara Prof .Peter Carey PhD seorang peneliti bidang sejarah di Jawa sekaligus seorang emeritus professor pada Oxford University, Maman Sunarman seorang aktivis disabilitas, Slamet Thohari dari Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Arif Budi Nugroho selaku dosen Sosiologi Universitas Brawijaya. Dalam seminar tersebut dibahas bagaimana disabilitas dikaji dalam ilmu sosial dan kaitanya dengan masyarakat Indonesia. Tujuan dari seminar ini mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menjadi wilayah penggodokan isu-isu disabilitas, dan bagaimana mendekatkan kajian akademik pada isu-isu disabilitas yang merupakan bagian dari masyarakat yang sering terlupakan Rangkaian acara seminar ini terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah sesi diskusi dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho. Maman Sunarman selaku aktivis difabel banyak memaparkan mengenai penyandang disabilitas dalam dunianya sehari-hari. Dalam pemaparan tersebut, beliau banyak menceritakan beberapa pandangan masyarakat yang masih menganggap kaum difabel adalah kaum yang masih lemah dan perlu dikucilkan. Beliau juga banyak menjelaskan bagaimana penyadaran kepada masyarakat untuk memperlakukan difabel setara masih harus terus banyak dilakukan. Pada sesi yang sama, Arif Budi Nugroho selaku narasumber kedua menjelaskan tentang masyarakat difabel yang ada di Indonesia sejak jaman kolonial hingga sekarang. Dalam penjelasannya digambarkan bagaimana sebenarnya pada masa kolonial telah terbentuk aturan yang menganggap difabel masih harus dipisahkan dengan masyarakat normal. Hal tersebut yang terus direproduksi masyarakat hingga sekarang dan berakibat pada peminggiran kaum difabel. Peminggiran kaum difabel dari masyarakat tersebut dikarenakan kontruksi sosial masyarakat.
Sesi diskusi I dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho
Sesi kedua adalah sesi diskusi yang dilangsungkan oleh 2 narasumber
lainnya yaitu Prof. Peter carey dan Slamet Thohari. Dalam pemaparannya
Prof Peter carey banyak bicara mengenai sejarah di Jawa mengenai
disabilitas yang berkaitan dengan wayang. Dalam penuturannya tersebut
beliau menyatakan mengenai wayang yang merupakan simbol dari kewibaan
masyarakat Jawa dan merupakan cerminan realitas. Dalam Wayang juga
terdapat kisah tentang disabilitas. Misalnya Punakawan, semar, gareng,
petruk, bagong yank digambarkan difabel. Punakawan tersebut dalam
pewayangan merupakan simbol harmoni dan memiliki kesaktian yang dapat
mengendalikan alam. Dalam masyarakat Jawa, ada pemikiran macam-macam
tentang disabilitas. Menurut masyarakat Jawa ada beberapa sebab orang
menjadi difabel: 1) karma, 2) bentukan supranatural, 3) ilmu hitam.
Dalam penjelasannya lebih lanjut, beliau banyak bercerita juga tentang
Pangeran Diponegoro yang juga memiliki seorang punakawan yang difabel.
Punakawan tersebut bertugas membantu dalam tugas-tugas pangeran
Diponegoro karena dianggap memiliki kesaktian.
Peserta Seminar "Membaca Disabilitas dalam Sejaran Masyarakat Indonesia"
Di lain pihak, Slamet Thohari selaku narasumber kedua yang juga
merupakan aktivis difabel PSLD UB mengatakan mengenai kondisi difabel
yang semakin bertambah di kota Yogyakarta dan Indonesia. Sebelum gempa
2006 data difabel di Yogyakarta adalah 17.000, setelah gempa menjadi
26.000, terjadi kenaikan yang signifikan. Selain itu, di Indonesia
berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Indonesia yaitu sekitar 36
juta. Jumlah tersebut akan bertambah karena negara kita berada di ring fire,
banyak gunung berapi dan potensi besar bencana gunung meletus serta
tsunami. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, Terdapat kontesting ide
antara pandangan islam dan sosial modern. Bahwa disabilitas perlu
disantuni dan disabilitas harus diberdayakan. Aksesibilitas bagi
disabilitas belum mampu dimengerti oleh semua masyarakat. Seperti
contohnya, orang tua akan lebih memilih anakanya di rumah daripada harus
ke luar rumah, karena merasa malu dan lain sebagainya. Sedangkan
disabilitas harus diberdayakan dengan arti, mereka dianggap layaknya
warga negara yang lain. Mendapatkan hak dan kewajinan sama.
Sesi Diskusi II dengan Narasumber Prof .Peter Carey dan Slamet Thohari
Dalam sesi tersebut, terlihat para peserta sangat antusias. Pada sesi
tersebut dibuka pertanyaan untuk para penonton. Sebagian dari mereka
banyak yang menanyakan bagaimana mencari jalan keluar atas fenomena
disabilitas di masyarakat, mengingat masih banyak masyarakat yang belum
sadar akan pemberdayaan difabilitas yang ideal.
Pada sesi pertengahan diskusi, ditampilkan juga Yohana, seorang difabel
mata yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya sekaligus penyanyi jebolan X
factor Indonesia, ajang pencarian bakat di televisi. Dalam sesi
istirahat tersebut, Yohana menyanyi sebanyak 2 lagu. Penonton terpukau
dengan kualitas suara Yohana.(aks)
Yohana, menyanyi dalam sesi pergantian diskusi
Tim Panitia Jurusan Sosiologi, Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Narasumber
Sejarah Difabel
Mengenal Disabilitas melalui Sejarah
Ditulis oleh Benni Indo pada Jum, 09/13/2013 - 12:25
Malang,
Solider-. Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas
Brawijaya Malang menggelar seminar internasional yang berjudul “Membaca
Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia” pada Senin (9/92013).
Seminar tersebut mendatangkan ahli sejarah dan budaya Prof. Peter Carey
dari Oxford University.
Peter mencontohkan beberapa difabel pada tokoh pewayangan seperti Raden Dastarata yang difabel netra dan Arjuna yang berjari enam. Dalam kajian, hal tersebut menjelaskan bahwa sebelum era kolonial masyarakat sudah menyadarai keberadaan difabel di lingkungannya. Namun, dahulu para difabel tersebut sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki kesaktian. Sampai sekarang, tidak sedikit orang yang mempercayai bahwa difabel merupakan seorang sakti.
Pada era kolonial, difabel dianggap sebagai seorang yang tidak produktif sehingga pemerintah mengupayakan untuk ‘menormalkan’ penyandang disabilitas melalui rehabilitasi. Difabel mulai diberi keterampilan yaitu memijat dan menjahit. Sampai sekarang, kedua keterampilan tersebut masih terus digalakkan sebagai suatu keterampilan yang nantinya dapat membantu penghidupan difabel. Di era pascakolonial, banyak korban perang mengakibatkan peningkatan jumlah difabel di Indonesia. Yayasan yang menaungi difabel dikelola oleh orang Indonesia sendiri setelah Belanda pergi dari Indonesia. Namun, seiring berkembangnya waktu fasilitas umum di beberapa daerah di Indonesia masih belum akses bagi difabel.
Slamet Tohari menambahkan dalam artikelnya yang berjudul “The Shift of Disability Conception in Javanese Society: A Case of Yogyakarta” bahwa Difabel di Yogjakarta tidak memiliki kemudahan akses dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hampir dalam semua aspek para difabel kesulitan untuk mengaksesnya seperti pada pelayanan umum, transportasi, lembaga pendidikan, dan pasar. “ Hal tersebut menyulitkan difabel untuk mendapatkan pekerjaan,” terangnya. Penting untuk mengetahui dinamika sejarah difabel dari satu zaman ke zaman yang lain agar masyarakat memahami keberadaan mereka di tengah kehidupan sosial. Jika dahulu difabel adalah korban perang, untuk zaman seperti saat ini banyak orang menjadi difabel diakibatkan kecelakaan. Tentu keadaan seperti itu bukanlah keinginan setiap orang, diskriminasi yang sering diterima oleh difabel juga bukan harapan mereka.
post ulang :Rixhi Saputra
Peter mencontohkan beberapa difabel pada tokoh pewayangan seperti Raden Dastarata yang difabel netra dan Arjuna yang berjari enam. Dalam kajian, hal tersebut menjelaskan bahwa sebelum era kolonial masyarakat sudah menyadarai keberadaan difabel di lingkungannya. Namun, dahulu para difabel tersebut sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki kesaktian. Sampai sekarang, tidak sedikit orang yang mempercayai bahwa difabel merupakan seorang sakti.
Pada era kolonial, difabel dianggap sebagai seorang yang tidak produktif sehingga pemerintah mengupayakan untuk ‘menormalkan’ penyandang disabilitas melalui rehabilitasi. Difabel mulai diberi keterampilan yaitu memijat dan menjahit. Sampai sekarang, kedua keterampilan tersebut masih terus digalakkan sebagai suatu keterampilan yang nantinya dapat membantu penghidupan difabel. Di era pascakolonial, banyak korban perang mengakibatkan peningkatan jumlah difabel di Indonesia. Yayasan yang menaungi difabel dikelola oleh orang Indonesia sendiri setelah Belanda pergi dari Indonesia. Namun, seiring berkembangnya waktu fasilitas umum di beberapa daerah di Indonesia masih belum akses bagi difabel.
Slamet Tohari menambahkan dalam artikelnya yang berjudul “The Shift of Disability Conception in Javanese Society: A Case of Yogyakarta” bahwa Difabel di Yogjakarta tidak memiliki kemudahan akses dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hampir dalam semua aspek para difabel kesulitan untuk mengaksesnya seperti pada pelayanan umum, transportasi, lembaga pendidikan, dan pasar. “ Hal tersebut menyulitkan difabel untuk mendapatkan pekerjaan,” terangnya. Penting untuk mengetahui dinamika sejarah difabel dari satu zaman ke zaman yang lain agar masyarakat memahami keberadaan mereka di tengah kehidupan sosial. Jika dahulu difabel adalah korban perang, untuk zaman seperti saat ini banyak orang menjadi difabel diakibatkan kecelakaan. Tentu keadaan seperti itu bukanlah keinginan setiap orang, diskriminasi yang sering diterima oleh difabel juga bukan harapan mereka.
post ulang :Rixhi Saputra
Inklusi sosial itu apa?
Pengertian Inklusi
oleh : Rixhi Saputra
Pengertian inklusi digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk
membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka;
mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai
perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi,
etnik, budaya dan lainnya. Terbuka dalam konsep lingkungan inklusi,
berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas dalam
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat merasa aman dan nyaman
mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Jadi, lingkungan inklusi
adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan
hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa
terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan.
Inklusi membawa perubahan sederhana dan praktis dalam kehidupan
masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, kita menginginkan tinggal
dalam lingkungan masyarakat yang memberikan rasa aman dan nyaman, yang
memberikan peluang untuk berkembang sesuai minat & bakatnya, sesuai
cara belajarnya yang terbaik, yang mengupayakan kemudahan untuk
melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai warga masyarakat.
Perubahan sederhana dan praktis menjadi ciri dari lingkungan inklusi.
Dalam lingkungan inklusi, perubahan sederhana dan praktis merupakan
upaya memudahkan setiap individu melakukan setiap kegiatannya dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh perubahan sederhana dan praktis :
- Ada selokan yang terbuka di sepanjang jalan dan banyak batu-batu di pinggir selokan itu, perubahan apa yang bisa dilakukan oleh warga setempat?
- Beberapa warga berpikir, menutup selokan adalah pekerjaan dari departemen pekerjaan umum, sikap mereka menunggu karena mereka tidak punya hambatan menggunakan jalan tersebut.
- Beberapa warga lain seperti orangtua yang lanjut usia, anak-anak kecil di bawah usia sekolah, mereka yang baru terkena penyakit struk, mereka yang memiliki kesulitan melihat, mereka yang berjalan dengan menggunakan tongkat atau kursi roda atau ibu yang sedang hamil merasa kesulitan, tidak aman dan tidak nyaman menggunakan jalan tersebut.
Perubahan sederhana dan praktis yang diharapkan adalah :
- Salah satu warga pergi melaporkan pada pihak yang mempunyai tugas perbaikan jalan;
- Sekelompok warga lainnya dapat bekerja sama menutup selokan dengan papan dan memindahkan batu-batu besar, sehingga setiap warga nyaman dan mudah menggunakan jalan tersebut.
Jelas dari contoh ini, bahwa setiap orang mendapatkan manfaat dari perubahan sederhana dan praktis.
Dengan gambaran di atas tercermin bahwa inklusi sebetulnya sangat
erat kaitannya dengan masyarakat. Mengingat pada dasarnya manusia adalah
makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bentuan dari orang
lain. Untuk itu seperti apa pemahaman yang benar terhadap masyarakat
inklusi?
Masyarakat inklusi adalah kita semua dalam wilayah tertentu, yang
saling bertanggung jawab untuk mengupayakan dan menyediakan kemudahan
berupa bantuan layanan dan sarana agar masing-masing di antara kita
dapat terpenuhi kebutuhannya, melaksanakan kewajiban dan mendapatkan
haknya.
Secara umum dapat diupayakan ketersediaan layanan dan sarana bagi
semua warga masyarakat, tetapi dengan catatan tidaklah bisa sama untuk
semua orang walaupun mereka tinggal dalam satu lingkungan masyarakat.
Hal itu karena setiap individu dalam masyarakat unik dan berbeda. Dengan
demikian maka setiap orang dalam masyarakat membutuhkan cara berbeda
berupa layanan dan sarana khusus yang sesuai dan tepat dengan keunikan
dan kebutuhan khususnya.
Misalnya, dalam konteks sekolah, masyarakat inklusi tercermin dalam
kelas yang beragam dengan siswa-siswi yang unik dan berbeda. Seorang
guru kelas dianggap tahu dan memahami cara belajar dari setiap
siswa-siswinya. Bila di kelas, ada siswa yang sulit belajar secara
abstrak, maka guru mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan dan
menyediakan media pembelajaran konkrit untuk siswa tersebut, seperti
menggunakan kumpulan lidi untuk belajar konsep penjumlahan.
Contoh lain, seorang anak tidak bisa belajar dalam suasana yang ramai
dan ribut, maka saat anak ini membuat pekerjaan rumah, ibunya punya
tanggung jawab untuk mengupayakan ketenangan di rumah, misalnya tidak
memutar radio dan televisi, mengajak saudara-saudaranya bermain di ruang
lain.
Masyarakat inklusi adalah masyarakat yang terbuka bagi semua tanpa
terkecuali, yang universal tanpa mengenal perbedaan suku, agama, ras dan
ideologi.
Oleh karena itu, dalam masyarakat inklusi kita bertemu dan melakukan
interaksi sosial dengan pribadi-pribadi individu yang memiliki keunikan
dan perbedaan. Keunikan dan perbedaan dapat dilihat dari etnik, agama
dan kepercayaan, warna kulit, postur tubuh, status sosial-ekonomi, latar
belakang pendidikan, profesi dan jabatan, budaya seperti bahasa,
tradisi, adat istiadat, karakteristik dan masih banyak lagi perbedaan
yang ditemukan.
Dalam masyarakat inklusi, yang terbuka bagi semua, kita tidak hanya
bertemu dan melakukan hubungan sosial dengan mereka yang memiliki
keunikan dan perbedaan pada umumnya. Kita tidak dapat menghindari
pertemuan dengan pribadi-pribadi individu yang memiliki ciri-ciri khusus
dengan perbedaan yang sangat menonjol. Mereka memiliki perbedaan dalam
kemampuan berpikir, cara melihat, mendengar, bicara, berjalan, dan ada
yang berbeda kemampuan dalam cara membaca, menulis dan berhitung, serta
ada juga yang berbeda dalam mengekspresikan emosi, melakukan interaksi
sosial dan memusatkan perhatiannya. Individu berciri-ciri khusus dengan
perbedaan yang sangat menonjol tersebut ialah orang-orang yang memiliki
disabilitas, memiliki gangguan tertentu, dan mempunyai kebutuhan
khusus. Mereka ada di sekitar kita, dan dalam masyarakat inklusi, kita
dengan peran masing-masing mengikutsertakan mereka dalam setiap
kegiatan.
Jadi, masyarakat inklusi adalah masyarakat yang terbuka dan universal
serta ramah bagi semua, yang setiap anggotanya saling mengakui
keberadaan, menghargai dan mengikutsertakan perbedaan.
Setiap warga masyarakat inklusi, baik yang memiliki perbedaan pada
umumnya maupun yang memiliki perbedaan khusus yang sangat menonjol,
punya tanggung jawab lewat perannya masing-masing dalam mengupayakan
kemudahan, agar setiap warga masyarakat secara inklusif dapat memenuhi
kebutuhannya, melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan haknya terhadap
semua bidang kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Senin, 11 Januari 2016
Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia – Keluarga
Kali ini saya akan memperkenalkan SIBI yang berhubungan dengan Keluarga. Jika kalian melihat gambar dengan garis putus-putus, maka itu adalah posisi awal gerakan. Lain kali kita akan membahas tandatanda yang ada hubungannya dengan setiap gerak dari bahasa isyarat.
Keluarga Tangan kanan dan kiri U yang tegak menghadap kedepan berdampingan di depan dada, di gerakan melingkar ke samping depan berlawanan arah sehingga keduanya tegak menghadap pengisyarat | |
Adik Tangan kanan B telungkup menghadap ke depan di hadapan badan sebelah kanan, digerakan lurus ke bawah | |
Anak Tangan kanan B telungkup menghadap ke depan di hadapan dada, digerakan melengkung ke atas kanan | |
Ayah Tangan kanan A yang tegak menghadap ke kiri dengan ujung ibu jari di goreskan pada bagian atas mulut di bawah hidung dari tengah ke kiri dan dari tengah ke kanan | |
Bapak Tangan kanan Da yang telungkup mengarahke kiri di goreskan pada bagian atas mulut di bawah hidung dari tengah ke kiri dan dari tengah ke kanan | |
Bibi Tanan kanan B yang tegak menghadap ke depan dengan ibu jari menempel di pipi kanan, di tarik ke bawah sambil digoyang -goyangkan. | |
Ibu Ujung jari tangan kanan U, yang tegak menghadap ke depan, ditempelkan di daun telinga kanan bawah | |
Kakak Tangan kanan B yang telungkup mengarah ke depan di hadapan dada, di gerakan ke atas, sampai setinggi bahu | |
Kakek ujung jari tengah tangan kanan K yang tegak menghadap ke kiri, ditempelkan di jakun | |
Paman Tangan kanan K yang tegak menghadap ke depan di samping pelipis kanan, digerakan kebawah sambil digoyang -goyangkan | Nenek Tangan kanan N yang tegak menghadap ke depan di belakang telinga kanan, di gerakan ke bawah sambil digoyangkan |
Difabel dan saya
KESETARAAN DALAM HAL APAPUN
SAYA(memakai topi merah) DAN PARA SAUDARA-SAUDARA SAYA
ini adalah Sam Hari Kurniawan dengan nama keren/panggilan WAWA Bergelar sarjana hukum lulusan UNIBRAW,kelahiran asli Lumajangbekerja meng-Advokasi kaum yang lemah,memang terkenal sebagai aktivis kemanusiaan selama aktif sebagai mahasiswa dan sampai saat ini,banyak kasus yang di tanganinya dan terselesaikan dengan baik
walau terkadang dia tidak di bayar sepeserpun oleh kliennya...banyak pelajaran yang saya petik darinya utamanya tentang kesetaraan tentang DIFABEL.
BERBEDA TAPI BISA,ITU LUAR BIASA
Langganan:
Postingan (Atom)