Seminar Internasional Jurusan Sosiologi "Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”
Jurusan Sosiologi bekerja sama dengan Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB mengadakan seminar Internasional yang berjudul “Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Senin, 9 September 2013 di gedung Rektorat lantai 8 Universitas Brawijaya. Dalam forum tersebut hadir pembicara Prof .Peter Carey PhD seorang peneliti bidang sejarah di Jawa sekaligus seorang emeritus professor pada Oxford University, Maman Sunarman seorang aktivis disabilitas, Slamet Thohari dari Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Arif Budi Nugroho selaku dosen Sosiologi Universitas Brawijaya. Dalam seminar tersebut dibahas bagaimana disabilitas dikaji dalam ilmu sosial dan kaitanya dengan masyarakat Indonesia. Tujuan dari seminar ini mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menjadi wilayah penggodokan isu-isu disabilitas, dan bagaimana mendekatkan kajian akademik pada isu-isu disabilitas yang merupakan bagian dari masyarakat yang sering terlupakan Rangkaian acara seminar ini terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah sesi diskusi dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho. Maman Sunarman selaku aktivis difabel banyak memaparkan mengenai penyandang disabilitas dalam dunianya sehari-hari. Dalam pemaparan tersebut, beliau banyak menceritakan beberapa pandangan masyarakat yang masih menganggap kaum difabel adalah kaum yang masih lemah dan perlu dikucilkan. Beliau juga banyak menjelaskan bagaimana penyadaran kepada masyarakat untuk memperlakukan difabel setara masih harus terus banyak dilakukan. Pada sesi yang sama, Arif Budi Nugroho selaku narasumber kedua menjelaskan tentang masyarakat difabel yang ada di Indonesia sejak jaman kolonial hingga sekarang. Dalam penjelasannya digambarkan bagaimana sebenarnya pada masa kolonial telah terbentuk aturan yang menganggap difabel masih harus dipisahkan dengan masyarakat normal. Hal tersebut yang terus direproduksi masyarakat hingga sekarang dan berakibat pada peminggiran kaum difabel. Peminggiran kaum difabel dari masyarakat tersebut dikarenakan kontruksi sosial masyarakat.
Sesi diskusi I dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho
Sesi kedua adalah sesi diskusi yang dilangsungkan oleh 2 narasumber
lainnya yaitu Prof. Peter carey dan Slamet Thohari. Dalam pemaparannya
Prof Peter carey banyak bicara mengenai sejarah di Jawa mengenai
disabilitas yang berkaitan dengan wayang. Dalam penuturannya tersebut
beliau menyatakan mengenai wayang yang merupakan simbol dari kewibaan
masyarakat Jawa dan merupakan cerminan realitas. Dalam Wayang juga
terdapat kisah tentang disabilitas. Misalnya Punakawan, semar, gareng,
petruk, bagong yank digambarkan difabel. Punakawan tersebut dalam
pewayangan merupakan simbol harmoni dan memiliki kesaktian yang dapat
mengendalikan alam. Dalam masyarakat Jawa, ada pemikiran macam-macam
tentang disabilitas. Menurut masyarakat Jawa ada beberapa sebab orang
menjadi difabel: 1) karma, 2) bentukan supranatural, 3) ilmu hitam.
Dalam penjelasannya lebih lanjut, beliau banyak bercerita juga tentang
Pangeran Diponegoro yang juga memiliki seorang punakawan yang difabel.
Punakawan tersebut bertugas membantu dalam tugas-tugas pangeran
Diponegoro karena dianggap memiliki kesaktian.
Peserta Seminar "Membaca Disabilitas dalam Sejaran Masyarakat Indonesia"
Di lain pihak, Slamet Thohari selaku narasumber kedua yang juga
merupakan aktivis difabel PSLD UB mengatakan mengenai kondisi difabel
yang semakin bertambah di kota Yogyakarta dan Indonesia. Sebelum gempa
2006 data difabel di Yogyakarta adalah 17.000, setelah gempa menjadi
26.000, terjadi kenaikan yang signifikan. Selain itu, di Indonesia
berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Indonesia yaitu sekitar 36
juta. Jumlah tersebut akan bertambah karena negara kita berada di ring fire,
banyak gunung berapi dan potensi besar bencana gunung meletus serta
tsunami. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, Terdapat kontesting ide
antara pandangan islam dan sosial modern. Bahwa disabilitas perlu
disantuni dan disabilitas harus diberdayakan. Aksesibilitas bagi
disabilitas belum mampu dimengerti oleh semua masyarakat. Seperti
contohnya, orang tua akan lebih memilih anakanya di rumah daripada harus
ke luar rumah, karena merasa malu dan lain sebagainya. Sedangkan
disabilitas harus diberdayakan dengan arti, mereka dianggap layaknya
warga negara yang lain. Mendapatkan hak dan kewajinan sama.
Sesi Diskusi II dengan Narasumber Prof .Peter Carey dan Slamet Thohari
Dalam sesi tersebut, terlihat para peserta sangat antusias. Pada sesi
tersebut dibuka pertanyaan untuk para penonton. Sebagian dari mereka
banyak yang menanyakan bagaimana mencari jalan keluar atas fenomena
disabilitas di masyarakat, mengingat masih banyak masyarakat yang belum
sadar akan pemberdayaan difabilitas yang ideal.
Pada sesi pertengahan diskusi, ditampilkan juga Yohana, seorang difabel
mata yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya sekaligus penyanyi jebolan X
factor Indonesia, ajang pencarian bakat di televisi. Dalam sesi
istirahat tersebut, Yohana menyanyi sebanyak 2 lagu. Penonton terpukau
dengan kualitas suara Yohana.(aks)
Yohana, menyanyi dalam sesi pergantian diskusi
Tim Panitia Jurusan Sosiologi, Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Narasumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar