Selasa, 12 Januari 2016

"Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”

Seminar Internasional Jurusan Sosiologi "Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”

Jurusan Sosiologi bekerja sama dengan Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB mengadakan seminar Internasional yang berjudul “Membaca Disabilitas dalam Sejarah Masyarakat Indonesia”. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Senin, 9 September 2013 di gedung Rektorat lantai 8 Universitas Brawijaya. Dalam forum tersebut hadir pembicara Prof .Peter Carey PhD seorang peneliti bidang sejarah di Jawa sekaligus seorang emeritus professor pada Oxford University, Maman Sunarman seorang aktivis disabilitas, Slamet Thohari dari Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Arif Budi Nugroho selaku dosen Sosiologi Universitas Brawijaya. Dalam seminar tersebut dibahas bagaimana disabilitas dikaji dalam ilmu sosial dan kaitanya dengan masyarakat Indonesia. Tujuan dari  seminar ini mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menjadi wilayah penggodokan isu-isu disabilitas, dan bagaimana mendekatkan kajian akademik pada isu-isu disabilitas yang merupakan bagian dari masyarakat yang sering terlupakan Rangkaian acara seminar ini terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah sesi diskusi dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho. Maman Sunarman selaku aktivis difabel banyak memaparkan mengenai penyandang disabilitas dalam dunianya sehari-hari. Dalam pemaparan tersebut, beliau banyak menceritakan beberapa pandangan masyarakat yang masih menganggap kaum difabel adalah kaum yang masih lemah dan perlu dikucilkan. Beliau juga banyak menjelaskan bagaimana penyadaran kepada masyarakat untuk memperlakukan difabel setara masih harus terus banyak dilakukan. Pada sesi yang sama, Arif Budi Nugroho selaku narasumber kedua menjelaskan tentang masyarakat difabel yang ada di Indonesia sejak jaman kolonial hingga sekarang. Dalam penjelasannya digambarkan bagaimana sebenarnya pada masa kolonial telah terbentuk aturan yang menganggap difabel masih harus dipisahkan dengan masyarakat normal. Hal tersebut yang terus direproduksi masyarakat hingga sekarang dan berakibat pada peminggiran kaum difabel. Peminggiran kaum difabel dari masyarakat tersebut dikarenakan kontruksi sosial masyarakat. web 1
Sesi diskusi I dengan narasumber Maman Sunarman dan Arif Budi Nugroho
Sesi kedua adalah sesi diskusi yang dilangsungkan oleh 2 narasumber lainnya yaitu Prof. Peter carey dan Slamet Thohari. Dalam pemaparannya Prof Peter carey banyak bicara mengenai sejarah di Jawa mengenai disabilitas yang berkaitan dengan wayang. Dalam penuturannya tersebut beliau menyatakan mengenai wayang yang merupakan simbol dari kewibaan masyarakat Jawa dan merupakan cerminan realitas. Dalam Wayang juga terdapat kisah tentang disabilitas. Misalnya  Punakawan, semar, gareng, petruk, bagong yank digambarkan difabel. Punakawan tersebut dalam pewayangan merupakan simbol harmoni dan memiliki kesaktian yang dapat mengendalikan alam.  Dalam masyarakat Jawa, ada pemikiran macam-macam tentang disabilitas. Menurut masyarakat Jawa ada beberapa sebab orang menjadi difabel: 1) karma, 2) bentukan supranatural, 3) ilmu hitam. Dalam penjelasannya lebih lanjut, beliau banyak bercerita juga tentang Pangeran Diponegoro yang juga memiliki seorang punakawan yang difabel. Punakawan tersebut bertugas membantu dalam tugas-tugas pangeran Diponegoro karena dianggap memiliki kesaktian.
web 3
Peserta Seminar "Membaca Disabilitas dalam Sejaran Masyarakat Indonesia"
Di lain pihak, Slamet Thohari selaku narasumber kedua yang juga merupakan aktivis difabel PSLD UB mengatakan mengenai kondisi difabel yang semakin bertambah di kota Yogyakarta dan Indonesia. Sebelum gempa 2006 data difabel di Yogyakarta adalah 17.000, setelah gempa menjadi 26.000, terjadi kenaikan yang signifikan. Selain itu, di Indonesia berjumlah sekitar 15% dari total penduduk Indonesia yaitu sekitar 36 juta. Jumlah tersebut akan bertambah karena negara kita berada di ring fire, banyak gunung berapi dan potensi besar bencana gunung meletus serta tsunami. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa,  Terdapat kontesting ide antara pandangan islam dan sosial modern. Bahwa disabilitas perlu disantuni dan disabilitas harus diberdayakan. Aksesibilitas bagi disabilitas belum mampu dimengerti oleh semua masyarakat. Seperti contohnya, orang tua akan lebih memilih anakanya di rumah daripada harus ke luar rumah, karena merasa malu dan lain sebagainya. Sedangkan disabilitas harus diberdayakan dengan arti, mereka dianggap layaknya warga negara yang lain. Mendapatkan hak dan kewajinan sama. web 2
Sesi Diskusi II dengan Narasumber Prof .Peter Carey dan Slamet Thohari
Dalam sesi tersebut, terlihat para peserta sangat antusias. Pada sesi tersebut dibuka pertanyaan untuk para penonton. Sebagian dari mereka banyak yang menanyakan bagaimana mencari jalan keluar atas fenomena disabilitas di masyarakat, mengingat masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pemberdayaan difabilitas yang ideal. Pada sesi pertengahan diskusi, ditampilkan juga Yohana, seorang difabel mata yang berkuliah di Fakultas Ilmu Budaya sekaligus penyanyi jebolan X factor Indonesia, ajang pencarian bakat di televisi. Dalam sesi istirahat tersebut, Yohana menyanyi sebanyak 2 lagu. Penonton terpukau dengan kualitas suara Yohana.(aks) web 5
Yohana, menyanyi dalam sesi pergantian diskusi
web 6
Tim Panitia Jurusan Sosiologi, Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB dan Narasumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar