Rabu, 13 Januari 2016

WORKSHOP DISABILITAS/DIFABEL

NORMALITAS

(IDEOLOGI KENORMALAN)

Oleh ; Mas Sapto Nugroho Fasilitator SABDA (Sentra Advokasi Perempuan difabel dan Anak)

Kita harus merubah pandangan tentang ormal dan tidak normal…karena sesungguhnya manusia diciptakan sempurna oleh TUHAN
Orang yang merasakan dirinya cacat adalah mereka yang merasakan dirinya rendah diri,dan merasakan lemah pada dirinya sendiri
Sedangkan orang yang merasakan dirinya normal biasanya mereka cenderung bersifat arogansi

Dan saya mau tanya pada bapak dan ibu sekalian…apakah kita meyakini orang cacat itu ada?

Inti dari manusia normal sesungguhnya adalah
MANUSIA>memiliki NYAWA>mempunyai HATI>raga yang semuanya berfungsi normal..karena itu adalah dasar ideologi kenormalan
Sama-sama memiliki asumsi dan ketakutan pada diri sendiri
Dan penyebab difabel adalah kurangnya interaksi sesama manusia itu sendiri
Dan tingkat sosial yang rendah dari lingkungan masyarakat dia berada…

Selamat pagi Bapak-Ibu semuanya..kita lanjut lagi di hari kedua ini..nah kali ni saya akan membicarakan mode pendekatan-pendekatan pada Disabilitas..
Ada Medical mode yaitu pendekatan individual problem pada Disabilitas seperti Dokter dan pasien,tapi ini terletak hanya pada pengobatan,perawatan medis hingga mereka bisa lebih percaya diri,
Kemudian pendekatan psikologis..nahini yang terpenting,dihampir semua puskesmas di Jawa Tengah itu di taruh tenaga-tenaga psikologis...mungkin di Jember sudah ada?
Belum ada apak...sebenarnya ada,tapi tenaga psikologisnya yang tidak mau pak..

Nah...semoga nanti di Jember juga ada itu,sebenarnya ini ada kaitannya dengan pendekatan medical tadi...jadi pendekatan medis harus harus di dampingi dengan pendekatan psikologis,misalnya tadinya orang itu mentang-mentang hebat dan berkuasa tiba-tiba menjadi Disabilitas,nah itu bisa di obati secara medis dan pendekatan psikologis..maka muncullah kebijakan kesehatan sekarang,dimana dulu orang sakit identik sembuh dengan di suntik dan itu terjadi di jaman era 80-90’an,namun seiringpesatnya kemajuan medis maka saat ini cukup dengan obat saja untuk menangani sakit,karena sistem injeksi hanya di perlukan saat kondisi terpaksa..
Kemudian ada pendekatan sosial.
Misalnya Wawa,jadi dia pendekatannya dengan teman-temannya seperti Vian,Antok,Hasabian,saya(Mas Awang) dan mas Sapto,jadi bedanya di situ meluas hingga muncul namanya komunitas-komunitas...jadi fokusnya bukan untuk satu dua orang saja tetapi untuk banyak orang...permasalahan layanan publik lainnya jadi permasalahan Disabilitas adalah saat pembuatan rekening di bank,kebanyakan tidak boleh oleh pihak bank,kalau di bilang ini demokrasi ekonomi ya bagaimana caranya ini bisa di atasi,karena kami orang-orang produktif,kami juga punya akal,kami juga punya hak untuk menabung,tapi kenapa malah dipersulit...masalahnya kami(Disabilitas)selalu di kaitkan dengan kelemahan seprti bagian tangan saat untuk menanda tangani rekening,tapi kita masih ada cara lain misalnya dengan cap jempol,karena cap jempol itu satu kekuatanbukti dimana itu adalah identitas asli manusia yang tidak bisa di akali jadi kenapa harus dipersulit,aneh tidak?
Itu yang membuat tidak sinkron dengan pernyataan kebebasan berekonomi,sama saja negara yang semakin mengucilkan kami(Disabilitas)
Nah lanjut...inklusi,nah ini yang banyak di sebutkan orang tentang inklusa-inklusi...kenapa inklusi?!...karena pasar tradisional tidak ada pembedaan,karena menurut pengalaman saya,di pasar itu semua orang ada,semua suku juga ada kan...tapi kalau pasar kapitalis ada tidak seperti di pasar tradisional,lihat kita(Disabilitas) saja mereka pasti sudah mikir-mikir...ini mau beli,apa mau minta sumbangan..disitu sudah menunjukkan bahwa yang satu eksklusif dan yang satunya inklusif
Artinya disitu ada eksklusif seperti di pasar tradisional tadi,inklusif itu artinya terbuka pak...yang dapat di akses semua orang,sedangkan pasar kapitalis,itu membatasi atau terbatasi.
Sampai disini mungkin ada pertanyaan?

Kalau model pemaksaan?,eee...maksud saya gini saya pernah punya teman,dia dikatakan difabel karena kecelakaan,dia merasa malu,jadi dengan saya,ya saya paksa untuk hidup seperti biasanya,seperti ngopi dan nongkrong...dan itu bisa dilakukan meskipun suasananya jadi agak kakku sedikitlah...
Itu kan metode pendekatannya mas..di beberapa kasus itu dilakukan teman-teman itu juga nggak jauh beda dengan **njenengan,itu namannya pendekatan sosial mode..
**njenengan=Anda
Tetapi yang dialami itu ada masalah dalam pendekatan medical mode,yang belum tuntas,jadi kalau medical mode itu,jadi bantuannya adalah pendekatan psikologis untuk membangkitkan semangatnya lagi...
Di desa saya ada juga pak difabel,kita sudah sering mengajak dia untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dianyanggak pernah mau datang,saat saya tanya dia malu untuk datang..
Kembali lagi,itu butuh pendekatan psikologis bu..dan itu nggak bisa langsung berubah,butuh adaptasi dan waktu,motivasinya itu anda yang tau karena satu lingkungan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar